Mengenal Sejarah Kelahiran Tasikmalaya

Tasikmalaya sejak lama terkenal sebagai Kota Santri. Selain itu juga, masyarakatnya yang terkenal memiliki jiwa wirausaha yang kuat. Nampaknya dua hal itu yang mewarnai kelahiran dan perkembangan Tasikmalaya. Kelahiran dan perkembangan Tasikmalaya tidak bisa lepas dari sejarah Islam di Tanah Jawa. Sejarah Tasikmalaya seperti yang disadur dari Wikipedia memang diwarnai perkembangan Agama Islam.
Kantor asisten komisaris di Tasikmalaya tahun 1921. Sumber : Koleksi Tropen Museum.. COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Het_kantoor_van_de_assistent-resident_in_Tasikmalaja_TMnr_10015379
Kantor Asisten Komisaris di Tasikmalaya tahun 1921. Sumber : Koleksi Tropen Museum.
Seperti kota-kota lain di Pulau Jawa, memang sejarah kelahiran dan tumbuhnya sebuah kota dimulai sejak berabad-abad yang lalu. Kelahiran Tasikmalaya juga dimulai pada abad ke VII sampai dengan abad ke XII.

Tasikmalaya lahir di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Kabupaten Tasikmalaya. Pada awal-awal masa kelahiran Tasikmalaya, diawali dengan suatu bentuk Pemerintahan Kebataraan dengan pusat pemerintahannya di sekitar Galunggung.
Gunung Galunggung tahun 1880 dari arah Singaparna. Sumber : Situs Pemkot Tasikmalaya.
Gunung Galunggung tahun 1880 dari arah Singaparna.
Sumber : Situs Pemkot Tasikmalaya.
Kekuasaan Tasikmalaya waktu itu adalah mengabisheka raja-raja (dari Kerajaan Galuh) atau dengan kata lain raja baru dianggap sah bila mendapat persetujuan Batara yang bertahta di Galunggung. Batara atau sesepuh yang memerintah pada masa abad tersebut adalah sang Batara Semplakwaja, Batara Kuncung Putih, Batara Kawindu, Batara Wastuhayu, dan Batari Hyang. Akhirnya bentuk pemerintahannya mengalami perubahan bentuk dari kebataraan menjadi kerajaan.

Kerajaan yang baru lahir itu bernama Kerajaan Galunggung. Kerajaan Galunggung berdiri pada tanggal 13 Bhadrapada 1033 Saka atau 21 Agustus 1111. Raja pertama Kerajaan Galunggung adalah  Batari Hyang

Hal ini diketahui dari Prasasti Geger Hanjuang yang ditemukan di bukit Geger Hanjuang, Desa Linggawangi, Kecamatan Leuwisari, Tasikmalaya. Dari Sang Batari inilah mengemuka ajarannya yang dikenal sebagai Sang Hyang Siksakanda ng Karesian. Ajarannya ini masih dijadikan ajaran resmi pada zaman Prabu Siliwangi (1482-1521 M) yang bertahta di Pakuan Pajajaran. Kerajaan Galunggung ini bertahan sampai 6 raja berikutnya yang masih keturunan Batari Hyang.

Perkembangan selanjutnya adalag periode pemerintahan di Sukakerta dengan Ibukota di Dayeuh Tengah (sekarang termasuk dalam Kecamatan Salopa, Tasikmalaya). Wilaya ini merupakan salah satu daerah bawahan dari Kerajaan Pajajaran.

Penguasa pertama di Sukakerta ini adalah Sri Gading Anteg yang masa hidupnya sezaman dengan Prabu Siliwangi. Dalem Sukakerta sebagai penerus tahta diperkirakan sezaman dengan Prabu Surawisesa (1521-1535 M) Raja Pajajaran yang menggantikan Prabu Siliwangi.
Pendopo & Rumah Bupati Tahun 1925. Sumber : Koleksi Tropen Museum. COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Het_kantoor_van_de_assistent-resident_in_Tasikmalaja_TMnr_10015379
Pendopo & Rumah Bupati Tahun 1925. Sumber : Koleksi Tropen Museum.
Nah, pada masa Prabu Surawisesa inilah Agama Islam mulai masuk ke Tasikmalaya. Pemerintahan Prabu Surawisesa yang berkedudukan Pajajaran mulai terdesak oleh gerakan kerajaan Islam yang dipelopori oleh Cirebon dan Demak. Sunan Gunung Jati sejak tahun 1528. Pada saat itu marupakan awal penyebaran Agama Islam di Tanah Sunda.

Ketika Kerajaan Pajajaran mulai lemah, daerah-daerah kekuasaannya terutama yang terletak di bagian Timur berusaha melepaskan diri. Kemungkinan besar Dalem Sukakerta atau Dalem Sentawoan sudah menjadi penguasa Sukakerta yang merdeka, lepas dari Pajajaran. Mungkin juga kedua penguasa itu sudah masuk Islam.

Periode selanjutnya adalah pemerintahan di Sukapura yang didahului oleh masa pergolakan di wilayah Priangan yang berlangsung lebih kurang 10 tahun. Munculnya pergolakan ini sebagai akibat persaingan tiga kekuatan besar di Pulau Jawa pada awal abad XVII Masehi: Mataram, banten, dan VOC yang berkedudukan di Batavia.

Wirawangsa sebagai penguasa Sukakerta kemudian diangkat menjadi Bupati daerah Sukapura, dengan gelar Wiradadaha I, sebagai hadiah dari Sultan Agung Mataram atas jasa-jasanya membasmi pemberontakan Dipati Ukur.

Ibukota kerajaan yang semula di Dayeuh Tengah, kemudian dipindah ke Leuwiloa Sukaraja dan negara disebut Sukapura. Berdasarkan titimangsa dari Piagam Sultan Agung Mataran, Sukapura terbentuk pada 9 Muharram Taun Alip yang bersamaan dengan 16 Juli 1633 atau 20 April 1641.

Akhirya setelah Pasundan diserahkan oleh Susuhunan Pakubuwana I kepada Kompeni, berdasarkan perjanjian 5 Oktober 1705, Kabupaten Sukapura berada dalam pengawasan Kepala Bupati (Opsigter-Regent) yang berkedudukan di Cirebon.

Itulah sejarah kelahiran Tasikmalaya sekarang menjadi Kabupaten dan Kota Tasikmalaya.

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Mengenal Sejarah Kelahiran Tasikmalaya"

Post a Comment